KETERKAITAN
ANTARA COACHING
DAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh : Imam
Satria
Setelah
memahami inti dan manfaat dari pembelajaran dalam modul 3.1 Pada Program
Pendidikan Guru Penggerak ini saya menjadi lebih bisa menempatkan metode
mengajar saya sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan,
sehingga tidak membuat siswa yang memang sudah memiliki bakat kemampuan di atas
rata2 menjadi bosan dengan materi yang bisa dengan cepat mereka kuasai.
Dalam Hal Coaching jika
dikaitkan dalam proses Pengambilan Kepututusan Sebagai Seorang guru (Pemimpin
Pembelajaran) adalah suatu kaharusan untuk mengidentifikasi kemampuan yang
selama ini dimiliki siswa sebagai bahan pemetaan yang akan sangat berguna dalam
proses pembelajaran maupun Coaching, Guru dituntut juga untuk mampu terus
berkolaborasi dengan siswa demi mengembangkan potensinya dalam setiap kali
dihadapkan dengan berbagai permasalahan lalu mendorongnya untuk yakin dan
percaya pada kemampuannya untuk melewati itu dan tak lupa selalu memberi
stimulus positif di setiap kegagalan yang siswa alami untuk memupuk sikap
Pantang menyera, mengingatkan hal hal positif yang selama ini siswa pernah
lakukan untuk menjadi cerminan bahwa siswa mampu melalui permasalahan ini
seperti dulu ia pernah melewati permasalahan lainnya, tidak menghakimi dan
memberi respon yang menggugah siswa untuk mau menceritakan secara terbuka apa
saja hal yang ia alami dan rasakan.
Coaching Model Tirta
sangat Bisa Di implementasikan. Namun yang menjadi tantangan adalah kembali
kepada diri Guru itu sendiri apakah mampu untuk tetap konsisten dengan berbagai
tugas tambahan dan rangkap kegiatan bahkan jabatan yang di emban oleh Guru
tersebut sehingga bisa membuat Proses Coaching akan menjadi angin-anginan dan
tidak konsisten dan kemungkinan mandek di tengah jalan dengan berbagai
pertimbangan. Maka dibutuhkan kolaborasi setiap elemen dilingkungan sekolah
baik itu Pimpinan, Rekan Guru, Wali siswa, dan tentunya Siswa itu sendiri.
Kegiatan ini harus dilandasi dengan kolaborasi semua elemen yang ada agar
tujuan yang di targetkan bisa tercapai.
Dalam Kaitannya dengan
proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab Teknik coaching dalam
pengambilan keputusan sangat efektif dilakukan. Dengan menerapkan model TIRTA
dalam coaching, guru sebagai coach dapat membimbing murid dalam menentukan
keputusan yang tepat terhadap kasus/problem yang dialami dengan komunikasi yang
memberdayakan. Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang efektif untuk menggali
potensi murid sehingga memampukannya mengambil keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkannya. Keterampilan Coaching membekali seorang guru
menjadi pembelajar dan menjadi Coach bagi dirinya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi untuk
solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam
kenyataannya seorang guru sering menghadapi situasi pengambilan keputusan yang
banyak mengandung dilema etika dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan
universal yang sama-sama benar. Kesulitan yang sering terjadi dalam pengambilan
keputusan yaitu terkadang keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan
merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan
menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Sehingga membatasi
pendidik untuk menerapkan keputusan yang sudah diambilnya tersebut.
Proses pengambilan
keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi
konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada
keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan pemangku
kepentingan.
Untuk membuat keputusan
berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap
penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi
acuan akan lebih jelas.
Dalam mengambil
keputusan atas studi kasus yang terjadi di kelas/sekolah, guru sebagai pemimpin
pembelajaran harus menerapkan Framework Pengambilan Keputusan yaitu :
4 Paradigma Dilema
Etika, 3 Prinsip, 9 Langkah
4 Paradigma Dilema
Etika :
Ø Individu
lawan masyarakat
Ø Kebenaran
lawan kesetiaan
Ø Keadilan
lawan belas kasihan
Ø Jangka
pendek lawan jangka panjang
3 Prinsip :
ü Berpikir
berbasis hasil akhir
ü Berpikir
berbasis peraturan
ü Berpikir
berbasis rasa peduli
9 Langkah :
v Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan
v Menentukan
siapa yang terlibat dalam situas
v Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi
v Pengujian
benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji halaman depan
koran, uji panutan/idola)
v Pengujian
paradigma benar atau benar
v Prinsip
resolusi pengambilan keputusan
v Investigasi
opsi trilema
v Buat
keputusan
v Tinjau
lagi keputusan dan merefleksikannya
.
Setelah keputusan
diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil
yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu
dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat
khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan
keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana
permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil
keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari
proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati,
termasuk dalam penetapan sasaran tujuan