Kamis, 08 Januari 2015

Pembakaran Quran : Kekalahan Telak Barat Atas Islam

Pembakaran Quran: Kekalahan Telak Barat Atas Islam


Oleh Burhan Sodiq, S.S
Direktur Penerbit Gazzamedia
www.burhanshadiq.com

Kaget. Itulah respons pertama saat mendengar ada sebuah rencana Burn Koran Day. Sebuah aksi pembakaran Al Quran yang direncanakan oleh seorang pendeta bernama Terry Jones. Dia berasal dari sebuah kelompok Dove World Outreach Center di Florida, Amerika Serikat. Kekagetan ini sangatlah wajar, karena sepanjang sejarah tidak ada orang setakut ini terhadap Islam, hingga kitab suci yang tidak bersalah ikut-ikutan dibakar. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa ada sebuah gerakan putus asa saat menyikapi perkembangan Islam yang sangat pesat di seluruh dunia saat ini. Keputusasaan yang akut karena tidak tahu harus bagaimana lagi, sehingga tindakan bar-bar dilakukan demi menunjukkan kebodohan orang yang bersangkutan. Inilah momen kekalahan telak Barat atas Islam.

Mungkin Terry Jones hanya mencari sensasi. Apalagi setelah dia mengumumkan pembatalan pembakaran Quran itu setelah didesak oleh berbagai pihak. Namun pendapat ini menjadi salah, saat kedua pengikutnya Pendeta Bob Old dan Pendeta Danni Allen benar-benar melakukan pembakaran Al Quran di belakang rumahnya dengan disaksikan oleh beberapa wartawan. Tidak tanggung-tanggung, mereka membakar Quran dengan semangat kebencian. Mereka bilang "Quran adalah kitab palsu, Nabi Muhammad adalah nabi palsu dan itu merupakan wahyu palsu."

Terry Jones dan pengikutnya memang selama ini berkeyakinan bahwa Islam dan hukum syariah bertanggungjawab atas aksi terorisme terhadap World Trade Center di New York pada 11 September 2001. Sebuah tuduhan yang salah kaprah dan kurang pengetahuan.

Tindakan ini tentu saja menyulut respons dari berbagai belahan dunia dan juga dari publik Amerika sendiri. Komandan tertinggi Amerika Serikat di Afganistan, Jenderal David Petraeus, mengritik keras pembakaran ini. Menurutnya pembakaran dapat menimbulkan masalah bagi pasukan Amerika Serikat di manapun dan bisa membahayakan pasukan dan bisa merugikan seluruh upaya yang dicapai di Afghanistan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton, menyatakan rencana pembakaran Quran untuk memperingati sembilan tahun serangan 11 September adalah perbuatan memalukan. Sedangkan Jaksa Agung Eric Holder menganggap perbuatan itu dilakukan oleh orang-orang idiot dan membahayakan. Juru bicara kementerian luar negeri menyatakan, rencana tersebut justru mengancam keberadaan pasukan Amerika Serikat, diplomat, dan pelancong di luar negeri.

Sementara itu Tokoh Kuba yang terkenal anti-Amerika Serikat, Fidel Castro, menyebut Amerika Serikat sangat "rapuh" menyusul isu pembakaran Alquran. Ia menyebut ncaman pembakaran Quran oleh seorang pendeta Florida adalah semacam "dagelan" media AS; mereka yang melontarkan, mereka pula yang kebakaran jenggot. "Masalah ini adalah pertunjukan media raksasa, melengkapi kekacauan menjelang tenggelamnya sebuah negara adidaya," kata dia.

Sedangkan seorang komandan senior Iran menilai pembakaran Quran hanya merupakan bagian dari skenario AS untuk mengalihkan perhatian dunia dari kejahatan yang lebih besar. "Dengan menciptakan isu-isu sekunder dan menarik perhatian publik terhadap isu marjinal, pemerintah AS berusaha untuk menutupi kejahatan besarnya dan pembakaran Quran pada tanggal 11 September oleh seorang pendeta Kristen adalah bagian dari gerakan ini," kata wakil komandan Angkatan Bersenjata Gabungan Iran Brigadir Jenderal Masoud Sayyid Jazayeri.

Dia melanjutkan dengan menambahkan bahwa ada bukti kuat bahwa sebenarnya peristiwa 11 September dilakukan oleh pemerintah AS dan agen-agen Israel .  Jazayeri bependapat bahwa lobi-lobi tertentu sebagai pengambil keputusan di AS berusaha mencari alasan yang dapat diterima untuk memperluas pengaruh mereka di seluruh dunia dan dengan insoden 11 September memberikan alasan cukup untuk itu. Tetapi karena berjalannya waktu, keterlibatan Amerika dalam insiden telah terungkapkan dan pemerintah AS tidak memiliki pilihan selain membuat masalah lain untuk menutupi kejahatan tersebut.

Berbeda dengan respons kedua orang itu, respon pemerintah Hamas sangat berbeda. Untuk menghadapi pembakaran ini, mereka telah mempersiapkan 40.000 penghafal Quran. Mereka telah menyiapkan kader-kader yang menghafal Quran dari mulai mereka usia dini. Mereka mengenalkan Quran kepada anak-anak kaum muslimin dan menjadikannya pada huffadz yang akan selalu menjaga kemurnian Quran.
 Quran Memang Istimewa
Setidaknya tragedi pembakaran Quran ini akan memberi banyak hikmah dan pelajaran. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita catat dan bisa kita lakukan.
Pertama, Quran adalah kitab yang sangat istimewa. Banyak sudah kitab agama lain yang tidak lagi suci dan dikotori oleh kaumnya sendiri. Tetapi Quran tetap akan dijaga Allah hingga bumi ini berakhir. Sehingga upaya orang kafir untuk menghapus Quran akan selalu dilakukan. Mereka selalu menemui kegagalan. Setelah berupaya dengan melakukan desakralisasi Quran gagal,  penafsiran yang salah juga gagal, akhirnya mereka memilihi membakar Quran yang selama ini membuat mereka geregetan. Pusing kepala mereka berpikir bagaimana menghancurkan Quran.

Padahal dengan membakar Mushaf, justru akan menambah kecintaan umat ini kepada kitabnya dan akan menumbuhkan pembelaan yang massive di seluruh dunia. Allahu Akbar! Bukan tidak mungkin akan ada gelombang rasa penasaran penduduk bumi. Kenapa kitab suci milik umat Islam dibakar. Apa yang terjadi, apa isinya. Sehingga menjadi semacam iklan gratis bagi kitab suci kita.

Kedua, Umat Islam harus Melawan. Karena ini sebentuk penghinaan yang tidak boleh dibiarkan. Tentu saja dengan apa yang bisa kita lakukan. Perang ini adalah perang opini, perang media dan perang fisik. Amerika secara terang-terangan telah membiarkan itu terjadi. Dengan begitu berarti mereka juga secara tidak langsung terlibat dalam aksi penghinaan ini. Jelas sudah bagi ummat sekarang, manakah kawan dan manakah lawan.

Ketiga, momen ini harus dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali kecintaan umat terhadap Quran. Menggelorakan semangat mereka membela Quran dan menjaganya. Membacanya dan menghafalkannya sebagai sebentuk penghormatan kita kepada Quran. Dan tidak segan-segan untuk membahasnya di berbagai tempat yang dianjurkan. Sehingga umat kembali mau mencintai kitabnya dan mau berkorban untuk melakukan pembelaan terhadapnya. Gelorakan kembali semangat cinta Quran. Gerakkan kembali Indonesia Menghapal Quran. Tanamkan kecintaan itu di kalangan umat islam. Ramaikan kembali TPQ yang ada di penjuru nusantara. Bela Quran kita dengan membaca dan mengamalkannya.

Keempat, peristiwa ini menunjukkan kepada dunia siapakah bangsa paling bodoh di dunia. Bangsa yang tidak bisa memilah masalah. Bangsa yang tidak bisa berlaku adil. Bangsa yang tidak bisa berdemokrasi, meskipun mengklaim sebagai bangsa paling demokratis. Jelas sudah siapa yang barbarian. Memakai emosi dan nafsu sementara akal sehat ditinggalkan. Permusuhan yang sangat kentara dan tidak bisa lagi disembunyikan. Moral yang hilang, karena justru tindakan bejad ini dilakukan oleh pemuka agama agama di kalangan mereka.

Kelima, bisa jadi ini merupakan provokasi murahan dari kepentingan politik yang lebih besar. Pihak Barat masih ingin memprovokasi kekerasan agar selalu terjadi. Mereka selalu ingin umat Islam melakukan teror dan kekerasan. Dengan membakar al Quran mereka ingin agar umat Islam, atau setidaknya beberapa kelompok perjuangan Islam kembali melakukan teror-teror baru. Hal ini dilakukan agar citra Islam di mata dunia kembali hancur dengan sebutan agama kekerasan dan agama penebar kebencian. Padahal kasus ini justru menunjukkan sebaliknya. Masyarakat  Barat yang konon menghargai perbedaan itu ternyata tidak mampu mencegah pembakaran Quran yang hanya dilakukan oleh sebuah jamaah gereja yang hanya berjumlah lima puluhan orang. Standar ganda selalu berlaku di sini.

Saatnya umat Islam membuka mata lebar-lebar. Bahwa senyum manis yang ditawarkan Barat tidak sepenuhnya tulus dari lubuk hati terdalam. Karena ternyata ada gelombang Islamophobia yang dibiarkan berkembang. Bahkan tidak cukup dibiarkan dalam ranah pemikiran, aksi pembakaran kitab suci umat Islam pun dibiarkan atas nama kebebasan berekspresi. Mungkin suatu saat umat Islam harus memberi pelajaran kepada barat bagaimana menerapkan kebebasan seusai pada tempatnya. Karena Barat telah gagal memahami persoalan. Sikap acuh dan hina mereka terhadap Bible, telah membuat mereka berpikir bahwa kitab agama lain pun boleh diperlakukan seperti Bible. Dibuang dan dianggap sampah jalanan.

Fenomena kebencian terhadap Islam diprediksi semakin lama akan semakin vulgar. Setelah film Fitna, pelarangan cadar, pembakaran Quran, dan pembunuhan terhadap warga sipil yang tidak berdosa atas nama perang, maka mungkin Barat telah menyiapkan sebuah rencana yang lebih besar. Dan kalau seandainya umat ini hanya diam dan akan selalu diam, maka bisa jadi Islam akan menjadi bulan bulanan saja. Tetapi bila pemuda pemuda umat ini mau mengambil inisiatif perlawanan dan perjuangan, maka Islam ini akan lebih berjaya di masa yang akan datang.

Kita yakin dengan firman Allah "maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya adzab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengadzab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (adzab itu), atau Allah mengadzab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (al-Nahl:45-47) [muslimdaily.net]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar